Jemaah, Alhamdulillah

Jumaat, 12 September 2008

Rolling Eyes Rolling Eyes Rolling Eyes “Keluar sepagi atau sepetang di jalan Allah itu lebih baik daripada mendapatkan dunia dan seisinya” (alhadits).

Selama 10 tahun masa kehidupan Rasulullah SAW di Madinah, sebanyak 150 jamaah sahabat telah dikeluarkan oleh beliau. Jamaah-jamaah tersebut dikirim untuk mendakwahkan agama ke berbagai tujuan, dari mulai wilayah-wilayah di sekitar Madinah sampai ke tempat-tempat lain yang cukup jauh di wilayah kekuasan Persia dan Rumawi. Beliau sendiri menyertai sebanyak 25 kali rombongan jamaah.

Setiap jamaah yang dikirim ada yang terdiri dari 7 orang, 15 orang, 300 orang, 500 orang, 1.000 orang bahkan sampai 10.000 orang. Jangka waktunya ada yang tiga hari, 15 hari, dua bulan, tiga bulan, empat bulan, enam bulan dan lain sebagainya.
Kalau dihitung-hitung secara cermat, maka dalam setiap tahun, rata-rata sahabat menghabiskan waktu sekitar 7 bulan untuk keluar di jalan Allah SWT, di luar Madinah. Lima bulan sisanya, 2,5 bulan untuk berkhidmat di Masjid Nabawi untuk melayani tamu-tamu yang datang untuk belajar agama di Madinah dan 2,5 bulan selebihnya barulah digunakan untuk keperluan mereka, untuk keluarga, mencari nafkah dan lain sebagainya.

Selama 10 tahun tersebut para sahabat telah terdidik untuk setiap saat siap meninggalkan urusan keduniaan ketika seruan untuk keluar di jalan Allah telah diserukan, kapan saja dan kemana saja. Mereka berangkat tanpa menghitung-hitung waktu dan jarak yang akan ditempuh.

Seruan tersebut kadang diumumkan ketika mereka sedang sibuk berjual beli di pasar, memetik kurma di kebun, di majlis perkawinan, ketika ibu-ibu sedang melahirkan bayi-bayi mereka dan di tempat-tempat pertemuan lainnya.

Dalam keadaan demikian, maka tak ada peluang bagi para sahabat untuk memperbaiki keadaan ekonomi mereka. Penghasilan mereka yang amat terbatas dan pas-pasan, habis digunakan untuk keperluan perbelanjaan di jalan Allah dan juga untuk menjamu tamu-tamu yang datang ke Madinah.

Seringkali jamaah-jamaah yang dikirim tersebut mengalami kesusahan dan kelaparan yang sedemikian rupa, demikian juga dengan keluarga yang mereka tinggalkan. Rumah-rumah para sahabat kosong dari harta kekayaan duniawi bahkan untuk kebutuhan yang paling minimal pun seringkali tidak tersedia. Junjungan mereka sendiri, Rasulullah SAW, dapurnya juga pernah tidak mengepul selama dua bulan berturut-turut.

Dengan asbab pengorbanan tersebut, 10 tahun kemudian ketika Rasulullah SAW wafat, maka cahaya Islam telah tersebar ke seluruh penjuru tanah Arab. Orang-orang yang dulu melakukan penentangan sangat keras, kini berbondong-bondong menjadi pengikut dan pembela setia ajaran beliau.

***

Di beberapa tulisan di internet, ada orang yang mengaku-aku pernah menjadi anggota Jamaah Tabligh dan kini telah keluar dari keanggotaannya karena merasa tidak cocok dengan manhaj jamaah tersebut. Dalam pandangannya, gerakan Tabligh adalah termasuk salah satu firqoh sesat yang dipenuhi dengan borok-borok ajaran yang berbau bid’ah, churafat, shufiyah, penyembah kuburan dan lain sebagainya.

Bagi mereka yang telah mengenal atau bergelut dalam dunia pertablighan, pengakuan si penulis tersebut akan terasa janggal. Lha wong di Tabligh itu nggak ada pendaftaran untuk masuk menjadi anggota, nggak ada syarat untuk mengisi formulir keanggotaan, menyerahkan pas foto setengah badan, membayar biaya registrasi dan iuran member lainnya. Lalu kapan ia sempat mendaftar jadi anggota ?

Yang ada di dalam gerakan Tabligh adalah pendaftaran (tasykil) untuk keluar, bukan tasykil untuk masuk. Siapa yang mau meluangkan waktunya untuk keluar 3 hari, 7 hari, 40 hari, 4 bulan, setahun dan lain sebagainya, dengan biaya sendiri, berangkat sendiri dan tidak diwakilkan ke orang lain.

Mereka hanya ingin meniru-niru “success story” yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW bersama para sahabat beliau, yaitu mengorbankan sebagian waktunya untuk memperjuangkan agama. Tidak persis mungkin, barangkali hanya 10 persen saja atau malah mungkin masih jauh dari itu.

Yang jelas, mereka ingin belajar dan meyakini bahwa hidayah dan agama hanya bisa diraih dan tersebar melalui pengorbanan, bukan dengan jalan lain, termasuk jalan kekuasaan dan ekonomi. Wallahu a’lam

0 ulasan: